Jumat, 20 Januari 2012

Longmarch Wanalana

            Longmarch merupakan acara tahunan di Organisasi Wanalana SMA N 1 Pekalongan.
Kegiatan ini selain menjelajahi alam juga mencoba membantu melestarikan alam di kawasan hutan Lindung dieng.
            Longmarch tahun ini diadakan pada tanggal 18-20 Desember 2011 dengan rute Pagilaran – Bawang. Saya sebagai peserta LM masuk ke kelompok Tauge yang terdiri dari Ranggah, Nasrul, dan Nisa. Kami semua peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap individu dan kelompok telah diberi tugas sendiri-sendiri dan diantaranya membawa benih lele yang insya Allah akan dilepaskan di Telaga. Setiap kelompok memiliki 2 pembimbing yang akan menemani kami selama perjalanan.


            Kami semua berangkat menggunakan Truk. Di perjalanan kami bercanda ria. Sesampainya di kebun teh Pagilaran kami semua turun karena kehabisan solar, dengan senang hati kami memulai berjalan kaki menuju desa terdekat. Akhirnya kami sampai di  Desa Si Jeruk, kami memulai Start di desa ini dan menyusuri hutan menuju desa Gerlang. Di tengah perjalanan kami menjumpai kolam mata air dan kami menyempatkan mengisi botol air minum kami.
            Di tengah perjalanan, kami terhambat derasnya air hujan dan medan yang licin. Kami sempat beberapa kali terpeleset bahkan terjatuh karena medan yang susah dan licin. Kurang lebih 3 jam kami menghabiskan perjalanan di tengah hutan belantara dengan menggunakan ponco. Akhirnya kami melihat sebuah lapangan yang menandai adanya Desa yang tidak jauh dari situ. Dan benar kami melihat sebuah desa yang dinamakan Desa Si Dongkal atau yang sering dikenal Desa Gerlang.
            Sesampainya di Masjid terdekat kami beristirahat dan sholat, serta menunggu teman-teman kami yang tertinggal di belakang. Setelah semuanya berkumpul kami bersiap menuju rumah warga terdekat. Kami semua menginap di rumah bapak lurah yang dulunya anak WL. Kami semua melepaskan penat dan bersantai sesambil menunggu makanan yang dimasak teman-teman kami.
            Kami semua makan bersama-sama dengan penuh keceriaan. Namun yang tidak mengenakan yakni di penghujung makan malam ini, karena sisa makanan kami masih banyak maka kami harus menghabiskannya bersama-sama. Setelah semuanya selesai giliran anak laki-laki yang membersihkan piring, kami semua saling membantu dalam setiap kegiatan ataupun rintangan, karena itulah semangat WL.
            Setelah semuanya selesai tantanganpun dimulai kembali. Kami harus tidur dihawa yang sangat dingin. Untungnya kami semua bisa tidur dan dapat menjalani kegiatan di esok harinya. Setelah semuanya bamgun kami semua keluar untuk sholat di moshola terdekat. Hawa dingin menyambut kami. Karena kami orang Pekalongan yang terbiasa dengan hawa yang panas, kami sangat kedinginan di daerah sini.
            Setelah packing selesai, kami keluar menyambut mentari yang hangat. Jam 6.30 kami semua pamit dengan tuan rumah dan melanjutkan perjalanan kami kembal menuju Telaga, untuk melepaskan benih-benih lele yang kami bawa.
            Di hari kedua ini, medan yang kami tempuh tidak terlalu sulit daripada hari pertama. Kami menyusuri jalan berbatu melewati hutan lindung di kawasan tersebut. Sembari berjalan kami juga menebar biji yang kami bawa dari rumah. Penebaran biji ini bermaksud agar hutan yang kami lalui agar tetap lestari dan dapat dirasakan oleh anak cucu kita.
            Sesampainya di pertigaan menuju telaga kami menunggu Masyud yang tertinggal di belakang. Sambil menunggu kami menghabiskan bekal yang kami bawa. Setelah Masyud datang kami segera turun menuju telaga. Sesampainya di telaga kami bergiliran secara simbolik melepaskan benih ikan lele yang kami bawa. Setelah itu, kegiatan yang tidak kalah penyingnya yakni “jepret-jepret”.
            Setelah itu kami turun melewati ladang perkebunan milik warga sekitar menuju Kawah Candradimuka. Setelah beberapa menit kami sampai di Kawah tersebut. Kami langsung disambut bau gas belerang yang sangat menyengat hidung kami. Setelah menikmati pemandangan kawah yang sangat indah, kami melanjutkan perjalanan menuju Kompleks Candi Arjuna, dengan menggunakan truk.
            Di Kompleks Candi Arjuna ini kami bisa melihat candi-candi yang masih dalam proses pemugaran. Konon dahulu sebelum dilakukannya penelitian, warga di sekitar ditemukannya candi bekas Majapahit ini, tidak mengetahui batu-batu yang terdapat disekitartempat itu, merupakan bagian dari candi. Mereka mengambilnya dan dijual ke orang luar. Hal ini yang mengakibatkan banyak candi yang belum terlihat strukturnya.
            Setelah berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan menuju Kawah Sikidang. Kenapa disebut Sikidang karena kawah ini sering berpindah-pindah seperti kijang. Tanah di sekitar kawah ini juga rawan ambles karena teksturnya yang sangat lembek. Di tempat ini kami mengadakan acara penerimaan slayer bagi Petra Legato, yang telah berhasil mengikuti kegiatan di WL. Dia sempat dikerjain terlebih dahulu sebelum diberi slayer. Acara ini hampir tidak jadi karena hujan yang mengguyur kota Dieng.
           Setelah menikmati pemandangan di sekitar Kawah ini, kami bersiap untuk makan di rumah makan terdekat. Kami harus makan apa adanya karena terbatasnya biaya. Setelah cukup beristirahat kami berangkat menuju desa Mranten1 untuk menginap di rumah temannya Masyud, Pak Kwardi. Sesampainya disana kami bertemu dengan kelompok TA dari SMA Muhamadiyah Pekalongan.
            Kami akhirnya bermalam di rumah Pak Kwardi dengan kondisi kedinginan. Keesokan harinya, kami menyerahkan buku yang kami bawa untuk diserahkan ke Perpustakaan Daerah di Desa Mranten1 ini. Sebelum kami melanjutkan etape terakhir kami, kami menyempatkan melihat kawah G. Sipandu dan merasakan panasnya air dari kawah tersebut.
            Kami melanjutkan perjalanan di hari ketiga ini dengan perbekalan yang sudah menipis. Medan kali ini bervariasi, mulai dari jalan setapak, menyebrangi sungai, dan jalan yang mengacu adrenalin (naik-turun). Jalanan yang turun ini kami jadikan arena untuk lomba lari. Namun jangan ditanya susahnya bukan main ketika mencoba berhenti saat lari di jalanan seperti ini.
            Di perjalanan ini, kami menemukan ketenangan dan kedamaian didaerah ini. Udara yang sejuk, kicauan burung dan pemandangan yang indah menemani perjalanan kami. Kami melewati beberapa tipe hutan, mulai dari hutan hujan tropis, hingga hutan pinus dan karet. Kami juga melewati perkebunan teh yang sangat indah dan menakjubkan.
            Setelah berpuluh-puluh kilometer di tengah hutan, akhirnya kami menjumpai daerah penduduk. Rasa gembira pun datang saat melihat Pasar Kubis terlihat dari kejauhan. Kami memanfaatkan jalan yang menurun dan sepi dengan bermain balapan botol. Dengan bermain seperti ini terasa kelelahan yang kami alami sediit hilang. Namun karena hujan akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi permainan ini. Sesampainya di Pasar Kubis kami mencari tempat ibadah untuk sholat dan beristirahat.
            Untuk pertama kalinya kami diwawancarai oleh stasiun radio sekitar. Kami sangat senang dan bangga. Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan pulang ke Pekalongan dengan truk.

            Banyak hal yang bisa kita ambil dari perjalanan ini, antara lain:
-          Kesadaran akan kelestarian alam yang kurang di kalangan masyarakat.
-          Harta dan kekayaan bukanlah segala-galanya, namun ilmu sangat penting di dunia maupun di akhirat nanti kelak.
-          Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga alam kita agar tetap lestari, seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak memakai sepeda montor ketika bepergian dekat dan masih banyak hal lagi yang bisa kita lakukan.
-          Dimanapun kita, nyawa kita pasti terancam.
-          Bumi kita sebenarnya masih memiliki sumber daya yang bisa kita manfaatkan seperti geotermal yang dapat membangkitkan listrik.
-          Jangan pernah menantang alam, tapi bersahabat dan menyesuaikan dengan kondisi alam.
-          Kebersamaan dan saling tolong menolong merupakan awal dari bermasyarakat.
Sekian artikel dari saya, mudah-mudahan bermanfaat dan berguna bagi kita semua. 
Terima kasih.